Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018
Gambar
Raden Adjeng Kartini (lahir di  Jepara ,  21 April   1879 ) meninggal di  Rembang ,  17 September   1904 pada umur 25 tahun) atau sebenarnya lebih tepat disebut  Raden Ayu  Kartini  adalah seorang tokoh  Jawa  dan  Pahlawan Nasional Indonesia . Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan  pribumi . Raden Adjeng Kartini berasal dari kalangan  priyayi  atau kelas bangsawan Jawa. Ia merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat , seorang patih yang diangkat menjadi bupati  Jepara  segera setelah Kartini lahir. Kartini adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah , putri dari  Nyai Haji Siti Aminah dan  Kyai  Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara. Dari sisi ayahnya, silsilah Kartini dapat dilacak hingga  Hamengkubuwana VI . Garis keturunan Bupati Sosroningrat bahkan dapat ditilik kembali ke istana  Kerajaan Majapahit . Semenjak Pangeran Dangirin menjadi bupati  Surabaya  pada abad ke-18, nen

Cerpen "Andai MerekaTahu"

Andai Mereka Tahu Hampir setiap hari setelah pulang sekolah Rani selalu meninggalkan rumah tanpa pamit. Setiap kali Rani melangkah yang dipikirkannya hanya bagaimana cara untuk pergi dari keluarganya, karena setiap ia pulang hanya marah yang menyambutnya. Kini Rani kelas 3 SMA , ayah serta ibu Rani selalu mengiginkan Rani lebih dari yang lain dan tak pernah memikirkan apa keinginan anaknya. Andai hanya sedikit kepercayaan yang diberikan kepadanya mungkin Rani tak akan seperti ini. Dia hampir seperti orang yang putus harapan bahkan ia pernah di temukan oleh polisi setempat bahwa Rani mencoba untuk bunuh diri, dengan gantung diri, loncat dari atas jembatan dan lainnya. Itu adalah sepenggal ceritaku yang terjadi setelah sikap ayah dan ibu selalu seperti itu. Sekarang, hampir setiap hari ibu selalu membanding-bandingkan aku dengan saudaraku, temanku, bahkan dengan orang yang tidak aku kenal. Dan itu terjadi hanya karena nilai pelajaranku, hal ini terjadi setiap menjelang pengambila

Puisi "Ibu Kartini, aku lelah"

Ibu Kartini, aku lelah Oleh Ai Ibu Ibu, aku lelah Mereka terus bertengkar Entah tentang apa Jarik dan konde menjadi alasan Apakah itu benar? Kenapa semua bungkam? Mereka tak membela atau mencela Diam, bugkam, dan terbuang Sunyi, sesunyi penantianku akan takdir itu Ibu, kau bilang “habis gelap terbitlah terang” Bisakah itu benar-benar terwujud Ibu, apakau mendengar ini? Apakah kau sedih sepertiku? Ibu, aku lelah Ibu kita Kartini aku lelah memanti akhir semua kekacauan ini

Bersua Oleh Ai

Bersua Oleh Ai Ku menatap senja Tak berbilang lamanya Diam, dan terus kupikirkan Tentang apa Apakah kamu disana (?) Aku merindumu Bintang kecil di bumi Buka pintu itu Biarkan angin itu berhembus Cukup bintang kecil di bumi yang terjebak bui Apakah kau bintang (?) Memancarkan sinarmu Kini senja menjadi malam Napasmu menderu Apakah kau sudah lelah Jika iya biar aku yang lakukan kali ini Malam membungkusmu dengan apik Cahaya bulan menghalangiku untuk memandangmu Disana kita bersua Apakah kau ingat (?) Tentu tidak Kau bilang ini tak menarik lagi Ku bilang biar aku yang menghiasnya Kau dan aku Aku dan dirimu Kita sama Biar kita menjadi satu Kapan kita kan bersua kembali (?) Mungkin kapan-kapan Iya, kapan kita bersua kembali (?) Kau diam ditempat yang sama Dan aku juga berdiam di tempat yang sama Tempat yang tak akan seorangpun   tahu Tapi kuharap kau tahu Agar kau bisa menemuiku Ku menatap senja Tak berbilang